Penilaian Pesan Komunikasi Media Iklan

Nilai dalam suatu komunikasi Iklan  dan Penjelasan nya

komunikasi adalah pengelolaan pesan-pesan dengan tujuan menciptakan makna. Komunikasi terjadi kapan saja seseorang berusaha menanggapi suatu pesan, berusaha memberikan makna kepadanya.
Sedangkan pesan adalah simbol-simbol yang diperhatikan orang secara sadar dan menciptakan makna-makna. Pesan bisa berupa kata-kata yang secara sengaja diucapkan atau ditulis yang saling dipertukarkan diantara orang-orang ataupun pesan yang kita kirimkan kepada diri sendiri tentang ekspresi-ekspresi wajah yang tidak disengaja dan tampilan-tampilan perasaan dari orang lain.
Berbeda dengan pesan, makna berarti gambaran-gambaran (citra) mental yang kita ciptakan dengan tujuan menafsirkan dan memahami perangsang-perangsang. Orang memberikan respon terhadap pesan-pesan yang memancar secara internal maupun eksternal dan menciptakan makna-makna untuk pesan tersebut.

1. Teori-teori Pesan
Littlejohn (1995) menguraikan bahwa teori pembuatan dan dan penerimaan pesan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis; penjelasan sifat, penjelasan keadaan dan penjelasan proses. Penjelasan sifat berfokus pada karakteristik individual yang relatif statis dan cara karakteristik ini berasosiasi dengan sifat-sifat variabel lain—hubungan antara tipe personalitas tertentu dan jenis pesan-pesan tertentu. Teori-teori ini memprediksikan bahwa ketika seseorang memiliki sifat-sifat personalitas tertentu, akan cenderung berkomunikasi dengan cara-cara tertentu pula.
Penjelasan keadaan berfokus pada keadaan dengan pikiran yang dialami seseorang dalam suatu periode waktu. Tidak seperti sifat, keadaan secara relatif tidak stabil dan tidak kekal. Dalam hal ini ditekankan bahwa keadaan tertentu yang dialami seseorang mempengaruhi pengiriman dan penerimaan pesan.
Penjelasan sifat dan keadaan dapat digunakan secara bersama-sama. Perilaku hanya sebagian ditentukan oleh sifat dan situasional. Bagaimana komunikasi pada saatnya bergantung pada sifat-sifat tertentu yang kita miliki dan situasi dimana kita menemukan diri sendiri.
Pendekatan ketiga yang ditemukan dalam teori pembuatan dan penerimaan pesan adalah penjelasan proses. Penjelasan proses berupaya menangkap mekanisme pikiran manusia. Penjelasan ini berfokus pada cara informasi diperoleh dan disusun, bagaimana memori digunakan dan bagaimana orang memutuskan untuk bertindak.

Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial adalah teori yang dihasilkan dari penelitian psikolog Muzafer Sherif dan rekan-rekannya. Teori ini berhubungan dengan cara orang membuat penilaian tentang pernyataan-pernyataan. Sherif menyelidiki cara-cara individu menilai pesan-pesan dan ia menemukan bahwa banyak prinsip psikofisika juga berpegang pada penilaian sosial. Penelitian menunjukkan bahwa orang membuat penilaian berdasarkan pada acuan atau titik referensi. Acuan internal atau titik referensi selalu ada dan mempengaruhi cara seseorang merespon pesan. Semakin penting suatu masalah bagi ego seseorang, semakin kuat acuan itu akan mempengaruhi apa yang dipahami.
Pada masalah apapun, biasanya akan ada sejumlah pernyataan, pro dan kontra yang dapat ditolerir dan dapat pula ditolak. Rentang penerimaan dan penolakan seseorang dipengaruhi oleh sebuah variabel kunci-keterlibatan ego. Keterlibatan ego adalah tingkat relevansi personal dari suatu masalah. Keterlibatan ego membuat perbedaan besar dalam hal bagaimana seseorang merespon pesan-pesan yang berhubungan dengan sebuah topik. Pengaruh tentangan timbul bila seseorang menilai sebuah pesan sebagai sesuatu yang jauh dari sudut pandangnya, dan pengaruh asimilasi terjadi bila ia menilai pesan itu lebih dekat dengan sudut pandangnya.
Teori penilaian sosial juga membuat beberapa prediksi tentang perubahan sikap dalam komunikasi. Pertama, pesan-pesan yang jatuh di dalam rentang penerimaan mempermudah perubahan sikap. Kedua, jika suatu pesan oleh seseorang dinilai terletak di dalam rentang penolakan, perubahan sikap akan berkurang atau tidak ada. Ketiga, pesan-pesan yang jatuh di dalam rentang penerimaan dan non komitmen, semakin tidak sesuai sebuah pesan dengan pendirian seseorag, semakin besar kemungkinan sikap akan berubah.
Akhirnya, semakin besar keterlibatan ego dalam suatu masalah, semakin besar rentang penolakan, semakin kecil rentang non komitmen, semakin kecil kemungkinan adanya perubahan sikap. Orang yang besar keterlibatan egonya sulit untuk dipengaruhi. Mereka akan cenderung menolak lebih banyak pernyataan daripada orang-orang yang keterlibatan egonya kecil, dan sebagaimana kita ketahui, pesan-pesan yang ditolak tidak efektif.
Dalam kaitannya dengan pemasaran politik, penilaian sosial, yang sangat dipengaruhi bagaimana seorang individu memahami pesan yang ditangkap oleh inderanya dan akhirnya membentuk perilaku, sangat berkaitan dengan proses pemasaran politik. Bagaimana produk politik dipasarkan oleh pemasar politik, pada dasarnya adalah penyebaran pesan dalam berbagai cara pendekatan. Nursal (dalam Firmanzah, 2007) mengatakan bahwa 3 pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencari dan memperoleh dukungan politik atau memasarkan produk politik, yaitu:

1. Push Marketing, dimana kandidat atau partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan secara langsung kepada pemilih.

2. Pass Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui orang atau kelompok berpengaruh yang mampu mempengaruhi opini pemilih.

3. Pull Marketing, dimana pemasaran produk politik melalui media massa yang menitikberatkan pada image atau citra produk politik tersebut.
Secara lebih spesifik dan terkait dengan produk politik dalam marketing politik yaitu: kandidat, partai, dan kebijakan, dibutuhkan sinergi strategi yang optimal, penggunaannya dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan produk politiknya. Dalam produk kandidat perseorangan misalnya, strategi push dibutuhkan untuk memperkecil jarak antara kandidat dengan calon pemilih; strategi pull digunakan untuk membentuk kesadaran dan pengenalan publik terhadap kandidat sekaligus program-program yang diajukannya; sementara strategi pass digunakan untuk memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat untuk mobilisasi massa.

Dalam kasus produk partai, penekanan diberikan pada strategi push dan pass untuk membentuk simpati antara kader dan partai melalui aktivitas yang sekaligus melibatkan partisipasi masyarakat. Sedangkan strategi pull yang dijalankan melalui media massa digunakan untuk membentuk pemahaman mengenai program-program partai dan ideologinya. Dalam hal ini strategi pass porsinya lebih kecil untuk menarik simpatisan bagi partai melalui tokoh tertentu.
Sedangkan dalam kasus produk kebijakan, penekanan penggunaan strategi diberikan pada strategi pull dan pass. Ini dikarenakan strategi push digunakan untuk sosialisasi secara langsung, tapi hasilnya tidak terlalu relevan, sedangkan strategi pull dapat secara komprehensif memenuhi prasyarat untuk mensosialisasikan kebijakan secara menyeluruh dengan jangkauan yang lebih luas ke masyarakat.
Sedangkan pendekatan strategi pass dibutuhkan karena dapat berguna juga sebagai lobi kepada tokoh masyarakat untuk menggalang dukungan terhadap kebijakan yang diusung.

Dalam kertiga pendekatan itu, pada akhirnya akan berhubungan dengan Teori Penilaian Sosial di atas, bagaimana sebuah pesan diinternalisasikan oleh individu dan menjadikannya sebuah referensi yang berujung pada pilihan politik dan sikap politiknya untuk menentukan apakah pesan yang disampaikan melalui pendekatan-pendekatan diatas itu memang bisa menjadi referensi pilihannya atau tidak. Hal ini membenarkan salah satu tujuan dari Marketing Politik bahwa pemilih adalah obyek dari pemasaran politik, bukan lah obyek.
Maka lebih cermatlah kepada suatu dasar dari komunikasi itu tersebut, daripada Anda yang menjadi obyek dari apa yang Anda inginkan tadi.

Tidak ada komentar: